Topik : Semakin Tersingkirnya Angkutan Umum


Sejumlah bus metromini masih berada di lapangan tempat penampungan kendaraan di pool Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (15/3/2016) siang. Kebanyakan bus metromini yang dikandangkan merupakan hasil penertiban Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta pada Desember 2015 lalu.

Masalah:

Bisa dikatakan bahwa di Indonesia baik di perkotaan maupun pedesaan, angkutan umum berada dalam kondisi yang kian memburuk atau stagnan. Sementara itu jumlah pengguna kendaraan pribadi semakin meningkat dan pemakai jasa angkutan umum semakin menurun. Padahal angkutan umum pernah mengalami masa kejayaannya, yaitu sekitar tahun 1970-an sampai 1980-an. Salah satu faktor yang membuat angkutan umum menjadi pilihan pada masa itu adalah faktor ekonomi dan logistik.  

Namun, ketika perekonomian kian membaik terutama pasca krisis ekonomi pada awal 2000-an, situasi berbalik. Dengan perbaikan kondisi infrastruktur jalan, kemudahan logistik ke seluruh pelosok, perbaikan dan peningkatan ekonomi, plus kemudahan fasilitas keuangan, populasi dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi pun melonjak terutama di kawasan Jabodetabek dan Pulau Jawa. Masyarakat dengan ekonomi yang meningkat, dan terdidik, makin sadar akan hak dan kebutuhannya. Tuntutan perbaikan layanan yang ingin didapatkan juga bertambah. Demikian pula dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan pergerakannya. Namun, ketika kebutuhan pergerakan tersebut tidak dapat diakomodasi dengan baik, mereka pun dengan mudah dan cepat beralih ke kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi menawarkan kemudahan pergerakan, fleksiblitas, serta suka tidak suka telah sukses diposisikan sebagai lambang kemakmuran sekaligus lonceng kematian industri angkutan umum.

Fenomena ini diperparah dengan belum siapnya para pelaku industri angkutan umum dalam menangkap perubahan preferensi konsumen serta kondisi pasar dengan cepat dan tepat. Pelaku industri angkutan umum terlihat lambat merespon perubahan pola pasar terutama di kawasan perkotaan dan pedesaan yang masih mengandalkan bus serta minibus yang kondisinya serta layanannya tidak berubah banyak. Dapat dikatakan hanya industri taksi yang pada awalnya masih dapat mengikuti perubahan pola pasar ini meskipun pada akhirnya tak luput dihantam oleh krisis perekonomian 2009-2010 yang diperparah dengan kemunculan angkutan berbasis aplikasi.

Kendati demikian, pelaku industri angkutan umum tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena sejak bertahun-tahun mereka dibiarkan oleh pemerintah dan cenderung mencari cara bertahan hidup sendiri. Ini sangat berbeda dengan perlakuan terhadap industri kendaraan bermotor pribadi yang mendapat berbagai dukungan dan kemudahan bahkan hingga regulasi fasilitas pembiayaan yang memungkinkan kredit kendaraan terjangkau. Hal yang sangat berbeda ketika pelaku industri angkutan umum ingin memperbarui armadanya. 

Untuk menjawab semua kendala itu, transformasi sangat penting diwujudkan guna menyelamatkan industri angkutan umum Indonesia. Transformasi berupa perubahan pola pikir baik penyedia jasa maupun pemerintah sebagai regulator serta transformasi pola pikir masyarakat sebagai pengguna.


sumber : 
https://properti.kompas.com/read/2018/02/08/220000921/sebuah-titik-kritis-transformasi-angkutan-umum
rtikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebuah Titik Kritis Transformasi Angkutan Umum", https://properti.kompas.com/read/2018/02/08/220000921/sebuah-titik-kritis-transformasi-angkutan-umum.

Editor : Hilda B Alexander

Komentar

Populer